1. Pengertian Motivasi
Motif diartikan sebagai kekiatan yang terdapat dalam diri organisme yang
mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Hal hal yang mempengaruhi
motif adalah motivasi. Jadi motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau
organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.
Abraham Maslaw berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan
bersal dari sumber genesis atau naluriah.
Floyd L. Ruch berpendapat bahwa motivasi manusia sangat
kompleks dan dapat mempengaruhi manusia dalam tiga cara:
a. Motif memungkinkan pola rangsang dari luar diri manusia mengalahkan
rangsangan lain yang menyainginya
b. Motif dapat membuat seseorang terikat dalam satu kegiatan tertentu sehingga ia dapat menemukan objek atau situasi khusus diluar dirinya.
c. Motif dapat menimbulkan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih
berat.
2.
Klasifikasi Motif
Sartain, membagi motif menjadi 2 golongan:
a. Physiological Drive : Dorongan yang bersifat
fisiologis. Jika kebutuhan dorongan terpenuhi maka seseorang menjadi tenang.
Contoh; rasa lapar, haus, lelah dll.
b. Social Motives : Dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain
dalam masyarakat seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik
(etika)
Woodworth, membagi motif menjadi 2 golongan:
a.
Unlearned Motives : Motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan atau
kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh.
b.
Learned Motives: merupakan aspek-aspek yang disadari meliputi motif-motif untuk
mendekatkan diri dan menjauhkan diri dari sesuatu.
3.
Macam-Macam Motivasi
Menurut
Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Motivasi
Intrinsik dan motifasi ekstrinsik. Motifasi intrinsik adalah hal atau keadaan
yang berasal dari dalam diri individu sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Sedang motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang
dari luar individu.
4.
Konflik Motif
Konflik
motif merupakan suatu keadaan dimana dua motif atau lebih yang muncul
berbarengan dan membutuhkan pemenuhan. Menurut kurt lewin ada tiga macam
konflik motif antara lain, konflik angguk-angguk, konflik geleng-geleng dan
konflik geleng angguk.
5.
Pengukuran Motif
Karena motif tidak dapat diamati maka kita mengukurnya dengan mengidentifikasi beberapa indikator antara
lain adalah Devosi
(pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanya) untuk
mencapai tujuan. Ketabahan, keuletan, kemauannya dalam menghadapi
rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan. Tingkatan
aspirasinya (maksud, rencana, cita – citanya) yang hendak dicapai dengan
kegiatan yang dilakukan. Tingkat kualifikasi dari prestasi,
produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau
tidak, memuaskan atau tidak). Arah sikapnya terhadap sasaran
kegiatannya (like or dislike, positif atau negatif).
B.
EMOSI
1.
Pengertian Perasaan
Teori skolastik menganggap perasaan itu sebagi
stadium awal dari keinginan namun belum ada aktifitas, teori biologis peradaan
itu adalah memberikan nilai kepada pengamatan, yaitu merupakan gaya gerak untuk
perbuatan reaktif.
2.
Macam-Macam Perasaan
stern
membedakan perasaan menjadi 3 golongan anntara lain adalah, perasaan presens,
perasaan yang menjangkau maju, dan perasaan yang berkaitan dengan waktu yang
telah lampau. Sedang menurut Bigot dkk(1950) perasaan terbagi atas: perasaan
keinderaan dan perasaan psikis atau kejiwaan. Perasaan psikis dalam hal ini
terbagi atas perasaan intelektual, perasaan kesusilaan, perasaan keindahan,
perasaan sosial atau kemasyarakatan, perasaan harga diri dan perasaan ketuhanan.
3.
Pengertian Emosi
Menurut Daniel Goleman (1995) emosi adalah
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Menurut Chaplin (1989) emosi adalah
sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencangkup
perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan
tingkah laku.
4.
Perbedaan Perasaan dengan Emosi
Perbedaan
emosi dan perasaan antara lain: pertama pada emosi mempunyai
intensitas lebih kuat dari perasaan. Kedua emosi dapat menimbulkan
gangguan organis, sedang
perasaan tidak dapat menimbulkan gangguan organis
5.
Teori Emosi Perfier Vs Teori Emosi Sentral
teori
perifer yang dikemukakan oleh James-Lange menyatakan bahwa Gejala kejasmanian
bukanlah akibat emosi yang dialami individu, tetapi emosi merupakan akibat
gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang orang tidak menangis karena susah,
tetapi sebaliknya, ia susah karena menangis. sedangkan Pada teori
sentral yang dikemukakan oleh Cannon gejala kejasmanian merupakan akibat dari
emosi yang dialami individu, misalnya: orang yang marah kejasmaniannya meliputi
jantung berdebar, pernafasan cepat, dan mata merah.
6.
Pengukuran Emosi
Emosi dapat
diukur melalui beberapa alat diantaranya, Sphygmomanometer, Lie
Detector, dan Psikogalvanometer
Sphygmomanometer, Alat ini
mengukur tekanan darah yang terjadi pada orang. Menurut Blate, dalam
percobaannya menemukan bahwa orang yang terkejut ternyata tekanan darahnya
meningkat, maka Blate mengambil kesimpulan pada saat orang mengalami emosi,
tekanan darahnya meningkat.
Lie Detector sering digunakan
untuk meneliti kejahatan-kejahatan. Alat ini mempunyai alat pencatat otomatis,
sehingga perubahan-perubahan fisik karena emosi dapat dilihat dalam catatan
tersebut catatannya disebut polygraf. Alat ini dapat mengukur intensitas emosi,
tetapi jenis emosinya tidak dapat dideteks.
Psikogalvanometer Alat ini mengukur GSR (Galvanic Skin Response).
Tujuannya untuk melihat adanya perubahan elektris pada permukaan
kulit. Pada saat orang mengalami emosi, ia mengeluarkan keringat.
Keringat mengandung asam dan garam, sehingga mampu mengalirkan listrik
pada alat tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar